Ilustrasi
02
Maret 2020 adalah tanda dimana Indonesia telah memasuki kuasa pandemik Global
Covid 19 sejak diumumkan oleh pemerintah. Tentu ini adalah ujian kebangsaan
yang membuat seluruh dunia merasakan iklim paranoia atau iklim ketakutan tak
terkecuali Negara Indonesia. Silih berganti media membahas tiap waktu sejak
awal diumumkan dari Negeri Tirai Bambu, dan sekarang kita melihat paranoia ini
di depan mata kita, mata Indonesia. Mulai dari pusat Ibukota sampai dengan
celah pedesaan menyampaikan ketakutan, kecemasan, kegelisahan, kegilaan,
kerumunan, pengabaian terhadap manusia dan kemanusiaan yang memberikan sinyal
derita dan rasa tidak aman pada tingkat kemanusiaan dan masa depan eksistensi
tiap tubuh.
Kita
melihat berbagai macam video yang viral yang sampai di ruang Whatsapp kita
masing masing dari negara Eropa dan Amerika Latin seperti Equador adanya
penumpukan mayat di rumah dan di jalanan yang tidak terurus bahkan terlantar,
WHO bahkan melaporkan mencapai angka 5000 kematian dalam semalam, negara yang
berpopulasi 2,5 juta jiwa tersebut. Itu jumlah populasi yang sama jika kota
Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Bone digabung
kira-kira menyamai populasi Ekuador. Tentu kita tidak menginginkan kejadian
serupa terjadi di tempat yang kita diami disebabkan begitu besarnya citra
paranoia horor yang begitu menyesakkan fikiran dan akal sehat seolah olah
eksistensi tubuh ditengah serangan C19 ini adalah jalan menuju kematian.
Dalam
masa pandemik global ini, ada banyak analisis yang memberi penafsiran mulai
dari kacamata ideologi, ekonomi bahkan meramalkan kehancuran sebuah negara
besar dikarenakan tidak mampu mengatasi dengan segera C19 yang ternyata sudah
berkembang biak sampai 3 Jenis A, B dan jenis C. Jenis yang mengherankan para
pengamat internasional lantaran Jenis C19 yang ada di Amerika berbeda dengan
yang ada di Tiongkok. Kita pun masih mengaitkan ini adalah sebuah skema perang
antara Amerika dan Tiongkok sehingga silih berganti kita menemukan gambar
karikatur antara Donald Thrump dan Presiden Tiongkok Xi Jin Ping sedang
bertarung dalam ring sambil mengenakan sabuk tinju, spekulasinya adalah perang
dagang antara mereka beralih pada subjek yang namanya Covid 19. Dilain sisi,
Tiongkok deklarasi kemenangan melawan C19 pada akhir maret 2020, dan kita tahu
populasi rakyat Tiongkok lumayan besar yaitu 1,6 Milyar jumlah penduduk yang
mengirimkan kabar ke seluruh dunia tentang kemenangan melawan C19. Layaknya
tirai, mereka menguasai dan mulai bangkit dan menutupi aib dalam negaranya
sendiri dimana gejala ini bermula.
Dan
keuntungan Negeri tirai bambu ini bisa mengirimkan tenaga kesehatan di negara
lain berikut menjadi supplayer alat kesehatan yang sangat dibutuhkan seperti
APD, Masker dan alat kesehatan lain seperti ventilator. Dunia perlu waspada,
dan tetap terjaga mengingat virus C19 ini semakin subur jika berada pada musim
dingin, maka negara yang mempunyai 4 musim utamanya musim dingin sampai
bersalju diperkirakan terjadi pada bulan juni sampai agustus dibeberapa negara-negara
Eropa dan Asia lainnya dimana Flu juga merupakan penyakit musiman yang
menggejala dan dianggap berbahaya hingga mengakibatkan kematian.
Teror ISIS dan Ujian Nasionalisme di Tengah
Wabah
Bersabar
dari paranoia sistematis dilain sisi negara kita lagi-lagi diperhadapkan kepada
bencana ganda yaitu aksi terorisme seperti yang terjadi pada wilayah Sulawesi
Tengah, Kabupaten Poso. Kita dipertontonkan adegan baku tembak terduga teroris
yang berlangsung pada 14 April 2020 kemarin yang diketahui pelakunya berasal
dari kelompok MIT (Mujahidin Indonesia Timur) setelah pelaku penyerangan
tersebut bisa dilumpuhkan oleh aparat dan meninggal dunia. Kelompok MIT
tersebut yang meninggal dunia, berdasarkan video yang beredar diarak untuk
dibawa ke pemakaman dengan begitu ramai dan diiringi dengan pekikan takbir.
Padahal kita tahu aksi-aksi terorisme merupakan tindakan kejahatan dan
kriminal. Tak luput pula kita diperlihatkan pengantar jenazah pelaku tengah
membawa Bendera Hitam yang kita telah sepakati itu adalah bendera ISIS (Islamic
State of Iraq and Syiria).
Sangat
jelas ini adalah ancaman kebangsaan ditengah pandemik global saat ini, dimana
semua rakyat sedang cemas memikirkan dampak C19 tapi disisi lain diwaktu yang
bersamaan kita juga menghadapi virus kebangsaan yang tidak kalah ganasnya ingin
merongrong kedaulatan negara dan bangsa. Relasi antara MIT dan ISIS mungkin
masih kita ingat genealogi bagaimana pimpinan MIT, Almarhum Santoso yang saat
2016 tewas tertembak dalam aksi baku tembak oleh aparat yang juga telah
berbaiat ke ISIS dan mendeklarasi diri bersama kelompok MIT menjadikan Poso
adalah sentrum gerakan Jihad MIT.
Ada
beberapa fenomena yang menarik soal eksistensi gerakan terorisme di Indonesia,
seperti menganggap para terorisme tersebut adalah “Hero” atau pahlawan dalam islam dikarenakan narasi narasi yang
terbentuk selalu menganggap jenazah teroris diiringi dengan pekikan takbir
seolah mereka tewas dalam keadaan yang benar. Narasi tersebut selalu berulang,
saat Santoso meninggal juga dinarasikan sebagai mujahid, para pelaku bom bunuh
diri seperti bom Bali tahun 2002 yang berhasil merenggut nyawa 200 orang oleh
publik dianggap seorang “Hero”
pahlawan ataukah mujahid dan meninggal secara syahid. Dan beberapa aksi
pengebomam yang langsung menyerang kantor aparat kepolisian beberapa waktu yang
lalu.
Dalam
analisis Yasraf Amir Piliang, berbagai bentuk kekerasan dan peristiwa horor
yang mewarnai kehidupan negara-bangsa kita akhir-akhir ini tidak dapat dipisahkan
dari peran citra superioritas dan citra kekerasan yang dibangun oleh berbagai
pihak. Masing-masing pihak ini membangun kekuatan-kekuatan horor yang
dilengkapi dengan mesin-mesin horor dan menggelar berbagai peristiwa horor.
Hal
ini menjadi sebuah sinyal derita untuk membangun dan mengepung kesadaran negara
bangsa agar kiranya tetap waspada dan lebih berhati-hati dalam gerakan
terorisme yang menggejala, dikarenakan sel-sel tidur mereka tidak pernah
berhenti untuk mencari keadaan yang lowong, lengah dan mereka sangat mengerti
kapan harus bangun dan berencana semaksimal mungkin. Semoga negara dan bangsa
Indonesia bisa segera lepas dari Virus kebangsaan yang bersamaan hadir di waktu
yang kita tidak inginkan terjadi. Wassalam.