"Buku harus dijadikan kapak untuk memecah lautan beku dalam diri kita" #Franz Kafka

Huru-hara Covid 19

Ilustrasi

Diawal, tulisan viral ini menyinggung soal Masyarakat Kaya dan Miskin atau padanannya Kelas Menengah dan Kelas Bawah. Tapi saya lebih suka menyebut Masyakat Kaya dan Masyarakat Miskin seperti sudah sewajarnya budaya yang terjadi di masyarakat kita sudah seperti itu.
Dalam keyakinan Masyarakat Hindu mereka mengenal batas dan toleransi pribadi yang berkelas. Ada kelas atau Kasta paling tinggi Brahmana adalah orang yang mengabdikan diri pada kerja-kerja spritual seperti Rohaniawan, pendeta atau seorang Imam. Kelas berikutnya ada Kesatria, adalah orang yang memimpin lembaga atau kepala pemerintahan. Kelas ketiga ada kelas Waisya, adalah kelompok orang yang memiliki pekerjaan dan harta bendanya sendiri seperti nelayan, petani, pedagang. Dan kelas keempat adalah kasta Sudra, orang yang melayani ketiga kelas diatas.
Jika berbicara soal kelas dalam masyarakat hindu kita sebagai mayoritas Umat islam tidak mengenal akan adanya kasta tapi anehnya dalam level kelakuan dan keakuan masyarakat islam malah tidak sadar sedang mementaskan perlakukan dan perakuan tidak lebih sebagai masyarakat yang berkasta malah lebih hebat lagi mempertontonkan kelakuan kelas dalam ranah publik.
Tulisan Abang Saprillah Syahrir Al-Bayqunie tentang Covid 19 dan Relasi Kelas menegaskan bahwa kelas menengah ini mempunyai masalah yang kompleks, darinya masalah ini menjadi masalah komunitas berkembang menjadi masalah kelompok luar sampai benrkembang kepada kelompok negara sampai negara luar. Tapi sekali lagi saya lebih suka menyebutnya masyarakat kaya. Masyarakat kaya ini punya penyakit yang menjengkelkan, omongan mereka dianggap pintar dan didengar. Bukan karena yang mereka katakan itu adalah sebuah kebenaran melainkan karena posisi identitasnya saja sebagai orang kaya sehingga mereka dianggap kebenaran. Teringat kata "Rene Descartes" aku kaya maka aku ada. Aku kaya maka aku benar.
Sikap orang berada ini yang menjengkelkan ditengah wabah Covid 19 ini, dan wajah mereka berupa rupa. Ada yang berwajah provokator, ada yang berwajah teriak lock down tapi sejatinya lick down, ada yang berwajah fundamentalis, cari panggung atau pansos (panjat sosial) level buzzer sampai penimbun masker seperti ngototnya para pembahas UU Omnllibus Law itu.
Tulisan yang viral ini mmg viral dikalangan kelas menengah atau masyarakat kaya, sampai berseliweran di grup2 Whatsapp saya, sampai alamat tulisan web ini diunggah cukup "mengganggu" fikiran saya, siapa punya gerangan Website dari tulisan viral ini, apa punya masyarakat kaya? Cukup mengganggu lantaran baru membaca sanggahan produktif dari saudara Muhamad Ridha soal borok kapitalisme. Ternyata berasal dari website plat merah yang menurutku cerdas, garang dan rekomendid dijadikan rujukan selama sosial distancing ini. Ya cukup "mengganggu" dan membuat saya ingin berkata kata mewakili kelompok sudra. Terima kasih Bang Kyai Saleh. Mohon maaf. 
Share:

29 comments:

  1. Di dunia ini kita semua saudara di mata Allah tdak ada yang besar atau kecil kita semua sama mengapa kita harus membeda2kan yang kaya atau yang miskin jadilah orang yang mengerti tentang kemanusian.

    ReplyDelete
  2. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk muslim (Agama Islam) terbesar di dunia.
    Namun ajaran islam kurang diterapkan dalam negara kita, seperti pada kasus yang disinggung dalam tulisan bapak yaitu soal strata sosial ( si kaya dan si miskin ), Islam jelas melarang atas pembeda2an sosial yg dilihat dari strata sosial, Namun inilah indonesia, disemua penjuru kota hinggah desa orng2 trpandang dinilai dari hartanya (kekayaannya) bukan dari aspek lain misalkan ketaatannya beragama ataupun kebaikan hati.
    ya mungkin krna seblm adanya islam agama hindu lbh dulu dikenal, ini cmn perkiraan saya.
    Namun menariknya kaum kayalah yang selalu saja berulah, lagi dan lagi, hampir bahkan semua hal-hal yang mampu memperkaya diri mereka selalu mereka teriakkan dengan memakai nada seolah-olah untuk kepentingan si kaum miskin.
    para bedebah lebih tepatnya

    ReplyDelete
  3. Alam saat ini tidak sehat dengan adanya pandemi Covid-19. Ditambah dengan banyaknya pemberitaan yang membuanya semakin rumit untuk dikendalikan. Dengan situasi yang di hadapi saat ini, apa perlu untuk membuang waktu kita mengelompokan mana masyarakat miskin, mana masyarakat kaya? Bisakah kita melihat satu arah saja siapapun itu mau kaya atau miskin semua perlu di rangkul untuk di lindungi dari Covid-19. Ditambah tulisan ini dimana mengatakan bahwa omongan orang kaya dianggap pintar dan dibenarkan. Jadi tolong siapapun yang menganggap dirinya orang kaya bisakah omongan kalian benar benar pintar agar orang miskin juga bisa membenarkannya. Sesuai fakta uang memang dapat menentukan kelas kita🙇

    ReplyDelete
  4. Sangat menarik tulisan ini serta mewakili perasaan kaum tertindas yaitu kelas sosial bawah,adanya pandemi Covid-19 ini memang sangat menyulitkan baik dalam aspek sosial maupun ekonomi,dan seperti yang di ketahui wabah ini tidak melihat kelas sosial yang akan diserangnya.Adanya kata"Aku Kaya Maka Aku Benar" itu memang sangat mencerminkan keadaan sosial sekarang ini kaum kelas bawah sering mengalami diskriminasi terlebih adanya pandemi Covid-19 ini. Adanya perkataan yang dilontarkan Jubir Presiden yakni Pak Achmad Yurianto yang dimana seolah-seolah menyebut orang miskin sebagai penular penyakit orang kaya,kasihan dan miris warga +62 terlalu bar-bar dalam mengklaim sesuatu.Pencitraan memang lahir dimana-mana selain wabah ini sebagai penyakit, Covid-19 ini juga sebagai peluang besar bagi kaum-kaum terhormat yang berdasi menjadikan situasi ini sebagai panggung seni menampilkan sosoknya seakan-akan peduli rakyat,dan terkhusus bapak dan ibu kaum-kaum wakil rakyat anda mempertontonkan karakter anda yang sangat lucu yang dimana kalian berteriak amankan negara terus bagaimana dengan kalian yang tetap bersih keras untuk rapat UU Omnibuslaw kalihan anti virus??,ingat kalian ini DEWAN bukan DEWA ingat ya!!!!

    ReplyDelete
  5. Saya setuju dengan apa yang bapak jelaskan pada tulisan sebelumnya bahwasanya dalam ajaran islam tidak ada yang namanya pembagian kelas, tpi dalam pengaktualisasiaannya justru umat islam terkadang sering mencerminkan perilaku-perilaku tersebut. Situasi Covid-19 ini juga tidak terlepas dari perilaku-perilaku kesenjangan kelas sosial seperti yang dipaparkan sebelumnya. Sejak Indonesia mengumumkan kasus positif pertama Covid-19, ramai pula beredar pernyataan Pak Menkes yang seolah-olah menganggap bahwa masyarakat miskinlah yang menjadi penyebab utama penyebaran virus yang menyerang sistem pernafasan ini. Pemberlakuan sosial distancing pada masa-masa awal pandemic ini juga membuat masyarakat miskin semakin kebingungan, karena ruang gerak mereka kemudian dibatasi sementara mereka harus bekerja di luar rumah untuk menghidupi keluarga mereka. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Menhub sampai hari ini pun masih membuat tanda tanya besar bagi masyarakat luas, sebab di satu sisi mengeluarkan aturan pelarangan mudik tetapi di sisi lain juga diberikan kebebasan untuk tetap bisa melakukan perjalanan bisnis dengan menggunakan pesawat yang di mana hal ini tentu saja masih mempraktekkan kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Oleh karena itu untuk melawan pandemic ini diperlukan kerjasama yang baik antara si kaya dan si miskin, bukan hanya si miskin yang berpotensi untuk memyebarkan virus ini tetapi juga si kaya juga tetap memiliki peluang yang sama dalam hal ini, bukankah orang-orang yang pertama dinyatakan terjangkit oleh virus ini adalah orang-orang kelas menengah ke atas???? (Menhub, dsb)....

    ReplyDelete
  6. Di negara Indonesia ini mayoritas penduduk nya beragama islam, di agama islam sendiri kita di ajarkan nilai toleransi antara agama kita, apa lagi sesama agama, tetapi kenapa di Indonesia umat Islamnya hadir dengan ke egoisannya Masing masing.
    Di Indonesia negara yang katanya menjunjung tinggi yang namanya kesejahteraan, keadilan bagi seluruh bangsa Indonesia. Yah itu hanya katanya saja.
    Tapi faktanya sangat jauh berbeda.
    Dengan munculnya wabah virus covid 19 di Indonesia.
    Saya sangat setuju dengan tulisan di atas Dengan munculnya wajah wajah provokator, pansos ( panjat sosial) dan lain sebagainya yang membuat saya secara pribadi juga jengkel.

    ReplyDelete
  7. indonesia merupakan negara yang mayoritasnya beragama islam, tentu kita mengikuti ajaran-ajaran yang telah diajurkan yaitu Al-qur'an dan Al sunnah. bahwasanya kita tidak membeda-bedakan karena di mata Allah kita sama saja. persolan adanya kaya dan miskin itu persoalan takdir setiap manusia seharusnya kita saling menghargai sesama.

    ReplyDelete
  8. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  9. Dunia saat ini telah dihebohkan dengan permasalahan besar, permasalahan akibat dari sebuah pandemi covid-19. Dan banyaknya berita hoax yg beredar luas membuat masyarakat semakin rumit untuk bisa dikendalikan. Dengan situasi sekarang yg dihadapai, kita tdk perlu membuang wkt untuk membeda2kan mana masayarakat miskin dan masyarakat kaya? Semuanya harus disamakan antara miskin dan kaya krn kita harus saling merangkul untuk bisa terlindungi dari covid-19 ini. Dan tulisan bapak mengatakan bahwa masyarakat kayalah yg selalu dianggap pintar dan benar. Jadi siapapun yg mengganggap dirinya kaya bisa menghargai perkataan org miskin. Krn dimata Tuhan itu kita sama.

    ReplyDelete
  10. Mengenai tulisan diatas tentang umat islam yg tdk mengenal perbedaan kasta, tp tanpa sadar mereka melakukan perbedaan. Tp kita hrs ketahui bahwa tdk semua umat islam dan umat manapun memberikan perbedaan kasta, walaupun memang ada apalagi dalam pandemi covid-19 ini. Yg seperti ditulis oleh penulis, banyak masyarakat kaya yg berwajah provokator untuk kepentingan dirinya sendiri, mereka mengatakan suatu hal dan dianggap pintar. Itu semua mereka lakukan untuk mencari nama dan pencitraan dirinya sendiri.

    ReplyDelete
  11. Menyangkut covid-19 tentu banyak adanya problematika terutama penolakan jenazah korban covid-19, Dalam penanganan jenazah Covid-19, selain memperhatikan aspek kesehatan, juga memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan yang sifatnya universal seperti yang tercantum dalam Pancasila yaitu sila ke-2, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, menekankan kepada kita bahwa nilai kemanusiaan adalah nilai yang fundamental yang dimiliki oleh setiap manusia dan setiap manusia harus mendapatkan perlakuan secara adil. Pihak keluarga korban meninggal yang diakibatkan Covid-19 berhak mendapatkan keadilan, termasuk dalam hal penanganan jenazah keluarganya. Keadilan ini pun diterjemahkan ke dalam setiap peraturan perundang-undangan dan juga protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Nilai-nilai Pancasila menjadi acuan dalam pembentukan peraturan yang ada di Indonesia.

    ReplyDelete
  12. Dalam pertarungan politik, maka sudah barang tentu orang-orang kayalah yang akan berkuasa. Tidak melihat seberapa baik dirimu melainkan seberapa kaya dirimu. orang-orang yang sudah berkuasa pastinya menggunakan kekuasaannya itu untuk mengambil keuntungan baik dengan memperkaya diri sendiri ataupun menambah popularitas. Apalagi saat ini ada sebuah moment yang mereka gunakan dalam melancarkan aksinya yaitu wabah virus Corona. Apalagi wabah virus Corona ini merupakan sesuatu yang masih diperdebatkan masyarakat mengenai asal-usulnya(ada teori konspirasi yang mengatakan bahwa ini adalah rancangan elit penguasa).sehingga saat ini semakin banyak elit yang kemudian memakai topeng serigala didalam kawanan domba(serigala:rakus,domba:masyarakat yg kurang memahami peristiwa)

    ReplyDelete
  13. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  14. Cara menghadapi Covid-19 Saat Ini adalah Jangan Terlalu Percaya Media yang mengunggah Hal Negatif Tentang Covid-19,Mari Sebar hal Positif, Jangan Takut BERLEBIHAN Adalah Cara Cepat Agar Indonesia Kembali Normal , Jangan Lupa Cuci Tangan & Pake Masker.


    #Kuatkitabersinar

    ReplyDelete
  15. Ketika kita berbicara mengenai perbedaan maka kita tidak terlepas dari yg namax si miakin dan sikaya menurut sya tdk yg membedaka hal tersebut, kita hanya sma2 manusia sma makan nasi dan sma2 berlijak di atas tanah jadi buat apa membedaka antara keduax klau pada akhirnya kita adalah sma.

    ReplyDelete
  16. terkait dengan adanya permasalahan covid-19 yang tengah ramenya di perbincangkan oleh masyarakat banyak bagaimana si miskin dan si kaya yang lebih dominan terpapar virus tentu masalah itu menjadi tanda tanya, lantas jika dikaitkan oleh agama permasalahan itu sangat melarang kita untuk membedakannya.

    ReplyDelete
  17. Masyarakat yang secara fakta terdiri atas kelas-kelas yang secara aktif hadir sebagai pemberi dan penerima dalam bahasa kosmologi pemberi (maskulin) dan penerima (feminim). Dalam konteks relasi antara kelas, memposisikan diri sebagai penerima dalam konteks manusia, juga adalah kondisi aktif dengan kata lain bukanlah determinan, sebab dengan kesadarannya manusia memiliki kehendak, apakah dia berperan sebagai pemberi atau penerima dalam aktualisasi kehendaknya. Secara umum dalam konteks masyarakat Indonesia yang notabenenya mayoritas menganut Islam sebagai agama yang diyakini. Namun bukan berarti kelas-kelas yang dimaksud secara universal berkeyakinan Islam. Bagi saya dalil "manusia" lebih cocok dalam konteks pembicaraan kelas-kelas ini krna keuniversalannya sekaligus sebagai pembeda antara Islam pada dirinya dan Islam pada diri penganut (subyektif).

    Selain itu kebenaran postrut yang menubuh pada sebagian masyarakat haruslah menjadi hal yang memerlukan konsentrasi, sebab postrut dalam menilai adalah penyakit menular yang perlu disembuhkan. Bukan karena identitas elit atau kayanya sehingga perkataan itu diterima masyarakat melainkan masyarakat itu sendiri yang menghendaki dan menilainya sebagai suatu kebenaran.

    Selama materialistik menjadi ideologis yang menubuh dalam suatu individu, selama itu pula cita-cita kemanusiaan tidak akan terwujud.
    Kalaupun ada pihak yang mengorasikan Kemanusiaan sedang dia adalah penganut paham materialistik, itu perlu dicurigai. Dan kalaupun ada yang mengaku bergerak demi kemanusiaan namun masih berdiri di atas ideologis materialis, itu tidak akan bertahan lama, yang ada hanyalah emosionalitas2 yang secara karakteristik berubah-ubah tergantung kondisi jiwa.

    ReplyDelete
  18. Dalam Islam kita memang diajarkan untuk tidak membedakan kasta seseorang walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat ekonomi masyarakat di Indonesia memang beragam mulai dari yang kaya, menengah, dan miskin. Dalam kasus Covid-19 yang meresahkan seluru penduduk bumi ini, apakah yang terkena dampak hanya orang yang berstatus kaya? Atau hanya orang miskin? Tentu tidak, tanpa memandang status sosial dan ekonomi semua masyarakat terkena dampak dari Covid-19. Sebagai umat Islam kita seharusnya paham bahwa dalam keadaan seperti ini yang harus kita lakukan adalah saling merangkul, bukan merangkul dari segi fisik tetapi dengan cara saling membantu dan mendoakan

    ReplyDelete
  19. Melihat apa yang terjadi sering kali orang-orang kaya meneriakkan lockdown tampa melihat orang-orang yang kurang beruntung yang bahkan di tengah-tengah pandemi virus corona mereka harus mencari makan di luar rumah, mereka bukanya kebal virus atau tidak takut virus tetapi ada yang mereka harus hidup yaitu keluarga mereka anak-anak nya butuh makan pilihanya cuman 2 mati karna virus atau mati kelaparan, mengingat apa yang di katakan pak jubir kemenkes pak achmand yuriyanto yang mengatakan yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar, dan yang miskin melindungi kaya agar tidak menularkan penyakitnya, ini pernyataan yang menyinggu banyak orang-orang di luar sana yang jika kita lihat fakta yang terjadi orang-orang kaya lah yang banyak terkena virus corona.

    #Don't judge a book by its cover

    ReplyDelete
  20. Akhir-akhir ini berbagai negara khususnya indonesia, diresahkan dengan adanya wabah penyakit yang dikenal dengan covid-19. Situasi pandemik ini seketika berdampak diberbagai sektor kehidupan seperti ekonomi, sosial, kesehatan, dan pendidikan. Maka untuk memutus mata rantai covid-19, pemerintah banyak mengeluarkan kebijakan untuk mencegah penyebaran virus ini. Salah satunya berdampak pada lumpuhnya perekonomian. Yang dimana kebijakan pemerintah menghimbau agar melalakukan sosial distancing, dan menerapkan PSBB diberbagai wilayah terdampak, Ini pastinya membuat mata pencaharian masyarakat terputus. Bukan hanya itu adanya covid-19 juga membuat orang miskin terpojokkan karena orang kaya menganggap covid-19 berasal dari orang miskin. Seharusnya dikondisi saat ini yang paling terpenting kita harus saling kerja sama , tanpa ada yang harus dibeda-bedakan dan saling menyalahkan. Disaat ini pula, kita harus mengikuti kebijakan yang dihimbau oleh pemerintah, guna memutus penyebaran covid-19. Agar kehidupan berjalan normal kembali, dan dapat beraktivitas seperti sedia kala.

    ReplyDelete
  21. Didalam ajaran islam kita diajarkan toleransi satu dengan yang lainya baik itu dari suku, agama, ras, budaya apa lagi toleransi antara yang sikaya dan simiskin. Saya kurang sependapat jika mengatakan kedua hal tersebut lebih pantasnya adalah yang mampu dan kurang mampu. Apalagi maraknya wabah covid 19 dikalangan masyarakat indonesaia. Dan sampai viral pada saat itu yang dikatakan oleh Pak ahmad yuniarto yang mengatakan simiskin melindungi sikaya agar tidak menularkan virus. Saya sangat tidak sependapat karena Virus itu tertular jika kita berkontak langsung dengan terjangkit virus tersebut tanpa membedakan si kaya dan simiskin.

    ReplyDelete
  22. Tulisan yang bapak buat sangatlah menarik, dan menurut saya pribadi kita semua sama dimata sang pencipta dan tidak ada yang dibeda-bedakan. Namun dengan adanya covid-19 ini memang sangatlah menyulitkan keadaan apalagi keadaan perekonomian, seperti kita ketahui wabah virus ini menyerang seluruh masyarakat tidak mengenal kaya ataupun miskin semuanya sama. Pemberlakuan sosial distancing pada masa-masa awal pandemic ini juga membuat masyarakat miskin semakin kebingunan untuk mencari nafka buat makan karena semuanya telah dibatasi oleh pemerintah. Namun jika dikatakan hanya masyarakat kayalah yang selalu di anggap benar dan pintar itu salah karena kita sebagai manusia telah diberikan akal fikiran oleh sang pencipta untuk berfikir dan membedakan mana yanh benar dan tidak. Disini juga masyarakat kaya sebaiknya bisa menghargai pendapat dari masyarakat miskin karena kita semua sama dan harus saling menolong.

    ReplyDelete
  23. Dimata allah kita semua sama derajatnya, sayangnya di negara kita tdk mengingat kelas bawah, kenapa corona di takuti krna berdampak kepada kelas atas, padahal kelaparan sudah ada dri dulu tpi tdk di takuti krna hnya membubuh kelas bawah

    ReplyDelete
  24. sangat memprihatingkan jika berbicara tentang kelas atau kasta dalam lingkup agama islam yang notabene ajarannya membahas tentang penyamarataan kedudukan. agama yang memandang semua umat sama rata dimata tuhan,yang membedakan adalah ahklak perilakunya selama didunia. dan dengan percaya diri melakukan perilaku mines tapi dengan rapi melabeli dirinya orang yang beragama. agama yang seharusnya mengumandangkan kemaslahatan bersama tapi realitasnya yang hanya pengelompokan,penindasan juga tak mampu mengenyampingkan ego.kaki kemaslahatan pribadi atau golongan masih berdiri kokoh diatas kepala kemaslahatan menyeluruh.

    ReplyDelete
  25. Saya rasa dalam hal ini masih memainkan identitas, sebab dalam tulisan di atas, sikaya lebih terdengarkan dan lebih menempati posisi yang baik dikalangan masyarakat, bisa sy katakan sikaya lebih berwajah fundamentalis (memganggap dirinya lebih murni dan lebih benar). Sama halnya dengan yang dikatan "Rene Descartes" aku kaya maka aku ada, aku kaya maka aku benar. Islam tidak mengajarkan kita tentang kesombongan, islam mengajarkan kita bagaimana kita saling menghargai satu sama lainnya tanpa memandang status atau kasta seseorang.

    ReplyDelete
  26. Saya rasa tulisan ini sangat menarik, dimana negara kita yang mayoritas umat islam yang tidak mengenal kasta tapi yang dominan terlihat di masyarakat kita seolah olah keyakinan masyarakatnya beragama hindu yang memiliki kasta. Apalagi ditengah pandemi covid-19 ini banyak masyarakat kaya yang lebih mementingkan dirinya sendiri memborong masker dan sebagainya. Sedangkan masyarakat miskin bisanya cuman menerima dan tidak bisa berbuat apa-apa. Dan saya sangat setuju dengan statement artis tanah air Aming "pada akhirnya bukan corona yang membunuh kita, tapi saudara sendiri yang punya duitlah!!! Berbondong bondong...ngeborong ampe stock kosong! Sobat miskin cuman bengong dimatiin sodara sendiri dalam keadaan kelaparan. Siapa yg lbih jahat..corona apa manusia?"

    ReplyDelete
  27. sangat menarik, benar bahwasanya kita sebagai mayoritas islam tidak mengenal kasta karena kita semua sama tidak boleh membeda-bedakan apalagi membedakan status sosial dan ekonomi, tetapi mirisnya ditengah mewabahnya covid19 masih ada saja kelakuan aneh yang dilakukan oleh masyarakat utamanya masyarakat menengah keatas/kaya mengandalkan identitas mereka. Harusnya disini masyarakat menengah keatas/kaya ini bisa saling menghargai saling menerima pendapat dari masyarakat miskin karena tidak semua omongan masyarakat menengah keatas/kaya yang itu yang dianggap benar, dan seharusnya juga untuk pelaku misalnya penimbun masker harus diatasi karena menyebabkan banyak tenaga medis yang kekurangan dan nyawa taruhannya demi sebuah keuntungan pribadi. Seharusnya kita turut adil dalam penanganan wabah ini, seperti contoh kecilnya jgn menyebarkan berita-berita yang tidak jelas asalnya apakah valid atau hanya hoaks. Karena hanya akan membuat keresahan masyarakat

    ReplyDelete
  28. Benar apa yg d katakan penulis, banyak kalangan orang kaya yang menganggap semua omongannya adalah benar, menganggap dirinya yang paling berkuasa dan yg lebih jeleknya lagi kadang menindas kalangan miskin. Bukan malah menolongnya . Memberikan bantuan kepada yg miskin namun dengan perlakuan yg tdk baik dengan mendokumentasikan setiap bantuannya dan mempamerkan di akun sosialnya.Islam tdk mengenal namanya kasta tapi kadang prilakunya yang menunjukkan adanya kasta yang tanpa di ia sadari.ini sangat memprihatinkan

    ReplyDelete
  29. Menarik sekali, melihat masalah yang terjadi sekarang yaitu adanya Covid-19 yang menjadi bahan perbincangan oleh seluruh umat yang menimbulkan banyak perdebatan baik si kaya maupun si miskin. Sayang virus ini tidak melihat Anda orang kaya atau orang miskin,virus ini menerjang siapa pun yang di kehendaki. Sekarang ada banyak propoganda yang kemudian di sebar di media sosial.kita sebagai pengguna,kiranya lebih bijak dalam menanggapi opini-opini yang kemudian bermunculan. Kita tidak bisa langsung menjudge seseorang jika tidak mengetahui yang sebenarnya. Saling menyalahkan bukanlah solusi yang tepat saat ini, DIRUMAHAJA adalah salah satu solusi yg tepat sementara waktu.

    ReplyDelete

About Me

My photo
Diri Umar Bakri. Pengoleksi Buku lapuk. Peminum Kopi Kapal Api. Berusaha melancongi imajiner tiap waktu.

Pengunjung Blog

Followers

"Buku harus dijadikan kapak untuk memecah lautan beku dalam diri kita" #Franz Kafka